Sejarah Braille: Dari Tulisan Malam Menjadi Pintu Gerbang Pengetahuan Tunanetra!

- Terbit di Sejarah oleh - Permalink

tulisan braille

Siapa yang tak kenal Braille? Sistem tulisan sentuh yang menjadi penyelamat bagi para tunanetra dalam mengarungi lautan ilmu. Tapi, tahukah kamu bagaimana Braille pertama kali diciptakan dan melewati berbagai rintangan sebelum diakui secara universal? Mari kita telusuri jejak Braille dan pelajari kisah inspiratif di baliknya.

Awal Mula Braille: Dari "Tulisan Malam" Menuju Sistem Revolusioner

Pada awal 1800-an, Kapten Charles Barbier, seorang perwira artileri Napoleon, mengembangkan "tulisan malam", sebuah sistem sandi garis dan titik untuk membantu tentara berkomunikasi dalam kegelapan. Sistem ini menarik perhatian Louis Braille, seorang pemuda tunanetra yang kehilangan penglihatannya di usia 5 tahun.

Pada usia 15 tahun, Braille terinspirasi oleh "tulisan malam" dan memodifikasinya menjadi sistem yang lebih mudah diraba dan dipahami oleh tunanetra. Sistem Braille menggunakan kombinasi 6 titik yang disusun dalam 2 kolom, menghasilkan 64 karakter yang dapat mewakili huruf, angka, dan tanda baca.

Perjuangan Menuju Pengakuan: Kontroversi dan Kebangkitan Braille

Meskipun Braille terbukti bermanfaat bagi tunanetra, sistem ini initially faced significant opposition. Di Prancis, Dr. Dufau, asisten direktur L'Institution Nationale des Jeunes Aveugles, menentang Braille dan membakar buku-buku Braille. Dia berargumen bahwa Braille terlalu rumit dan tidak efisien, dan bahwa tunanetra lebih baik belajar membaca dan menulis dengan huruf biasa.

Namun, kegigihan para tunanetra yang menunjukkan kemajuan pesat dengan Braille berhasil mematahkan resistensi. Pada tahun 1847, Braille akhirnya diakui di Prancis. Sejak saat itu, Braille mulai menyebar ke seluruh dunia, membuka akses tak terhingga bagi para tunanetra untuk belajar, bekerja, dan berkarya.

Braille: Warisan Abadi Louis Braille

Pada tahun 1851, Braille diajukan kepada pemerintah Prancis dan diakui secara resmi. Kini, Braille telah menjadi sistem universal yang digunakan oleh jutaan tunanetra di seluruh dunia.

Kemudian, di tahun 1956, bekas rumah Louis Braille di Coupvray, 40 km sebelah timur Paris, diubah menjadi museum untuk mengenang pencipta sistem revolusioner ini. Museum ini memamerkan berbagai benda bersejarah terkait Braille, termasuk mesin Braille pertama dan buku-buku Braille Braille dalam berbagai bahasa.

Braille: Lebih dari Sekadar Tulisan

Braille bukan sekadar sistem tulisan saja. Tetapi, juga merupakan simbol pemberdayaan dan aksesibilitas bagi para tunanetra. Berkat Braille, mereka dapat membaca, menulis, dan berkomunikasi secara mandiri, membuka pintu menuju dunia yang lebih luas dan penuh peluang.

Berikut beberapa Contoh Penerapan dan penggunaan Braille diberbagai bidang:

  1. Di bidang pendidikan, Braille digunakan untuk mencetak buku teks, soal ujian, dan bahan belajar lainnya.
  2. Di bidang pekerjaan, Braille digunakan untuk membaca dokumen, menulis laporan, dan berkomunikasi dengan rekan kerja.
  3. Dalam kehidupan sehari-hari, Braille digunakan untuk membaca label makanan, obat-obatan, dan produk lainnya.

Dampak Braille yang mengubah dunia tunanetra

:

  • Braille memungkinkan para tunanetra untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
  • Braille membantu para tunanetra untuk mendapatkan pekerjaan dan menjadi mandiri secara finansial.
  • Braille meningkatkan kualitas hidup para tunanetra dan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat.

Kesimpulan:

Braille adalah sistem tulisan yang revolusioner dan telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi kehidupan para tunanetra. Braille merupakan simbol pemberdayaan dan aksesibilitas, dan merupakan warisan abadi Louis Braille yang patut dihargai.


Ahirnya, Semoga artikel ini dapat menginspirasi dan meningkatkan awareness tentang Braille dan peran pentingnya dalam kehidupan tunanetra. Semoga bermanfaat!