Asal Usul Sejarah Gamelan

sejarah gamelan

Pernahkah kamu bayangkan suara magis yang menggema dari Candi Borobudur atau Keraton Yogyakarta? Itulah gamelan, warisan budaya Indonesia yang tak ternilai harganya. Lebih dari sekadar alunan musik tradisional, gamelan adalah jendela untuk mengenal kekayaan budaya Nusantara yang beragam. Yuk, kita selami lebih dalam dunia gamelan!

Menelusuri Jejak Gamelan: Dari Masa Lalu Hingga Masa Kini

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama.

Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.

Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Kemudian, untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.

Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.

Seiring perjalanan waktu, gamelan terus berkembang pesat, mencapai puncaknya pada era Kerajaan Majapahit. Saat itu, gamelan menjadi bagian integral dari kehidupan istana dan masyarakat. Gamelan mengiringi berbagai ritual keagamaan, pertunjukan seni, bahkan menggema di medan perang. Bukti sejarah menunjukkan bahwa gamelan memiliki peran penting dalam mempersatukan kerajaan dan memperkuat identitas budaya Majapahit.

Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.

Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam seperti; Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.

Perkembangan gamelan tak berhenti di situ. Era demi era, gamelan terus beradaptasi, menyerap pengaruh budaya India, Cina, Asia Tenggara, hingga Islam. Lahirlah jenis-jenis gamelan baru, seperti gamelan sekaten yang sarat nuansa Islam. Gamelan sekaten dimainkan setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan menjadi tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini.

Di era modern, gamelan tak hanya mendominasi Nusantara, tapi juga mendunia! Alunan merdunya telah memikat telinga para musisi dan pecinta budaya di berbagai penjuru dunia. Komposer ternama seperti Colin McPhee dan Lou Harrison terinspirasi oleh gamelan dan menciptakan karya musik kontemporer yang unik. Gamelan juga tampil di berbagai festival musik internasional dan menjadi ikon budaya Indonesia yang mendunia.

Menjelajahi Keragaman Gamelan: Dari Sabang Sampai Merauke

sejarah gamelan

Kekayaan budaya Indonesia tercermin dalam beragam jenis gamelan yang tersebar di berbagai daerah. Setiap jenis memiliki ciri khasnya masing-masing, baik dalam hal nada, instrumen, maupun fungsinya. Berikut beberapa contohnya:

Gamelan Sunda:

  • Gamelan Degung: Memukau dengan tangga nada "degung" yang unik, gamelan degung sering mengiringi pertunjukan jaipong dan tari topeng. Contohnya: Gamelan Degung, Gamelan Rantau, Gamelan Kendang.
  • Gamelan Rancag: Digemari di festival rakyat, gamelan rancag memiliki suara yang meriah dan dinamis. Contohnya: Gamelan Rancag, Gamelan Jentreng, Gamelan Kendang Betet.

Gamelan Banyuwangi:

  • Gamelan Gandrung: Perpaduan budaya Madura dan Bali menghasilkan musik khas pada gamelan gandrung, yang sering mengiringi tari gandrung. Contohnya: Gamelan Gandrung, Gamelan Barong, Gamelan Banyuwangi.
  • Gamelan Osing: Ciri khas gamelan osing terletak pada penggunaan rebab dan kendang. Contohnya: Gamelan Osing, Gamelan Onthek, Gamelan Banyuwangi.

Gamelan Banjar:

  • Gamelan Babendari: Gamelan pusaka Kesultanan Banjar Kartanegara, memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi.
  • Gamelan Sekaten Banjar: Digunakan dalam upacara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kesultanan Banjar Kartanegara.
  • Gamelan Banjar Darat: Memiliki ciri khas penggunaan alat musik rebab dan gendang.
  • Gamelan Banjar Lama: Berasal dari daerah Banjar Lama, memiliki ciri khas penggunaan alat musik gambang dan suling yang lebih kecil.

Gamelan Bali:

  • Gamelan Gong Kebyar: Terkenal dengan suara energik dan meriah, gamelan gong kebyar sering menggema di pura dan festival. Contohnya: Gamelan Gong Kebyar, Gamelan Angklung, Gamelan Beleganjur.
  • Gamelan Gong Gede: Memiliki suara yang lebih tenang dan khidmat, sering digunakan dalam upacara keagamaan Hindu. Contohnya: Gamelan Gong Gede, Gamelan Semara Pagulingan, Gamelan Ritu.

Gamelan Lombok:

  • Gamelan Pelegong: Memiliki ciri khas tangga nada pelog dan penggunaan alat musik rincik. Contohnya: Gamelan Pelegong, Gamelan Selonding, Gamelan Ranying.
  • Gamelan Sadewa: Mirip dengan gamelan Jawa, gamelan sadewa sering mengiringi pertunjukan wayang kulit.

Gamelan Papua:

  • Gamelan Angklung Papua: Terbuat dari bambu dan memiliki suara yang unik, gamelan angklung papua sering digunakan dalam ritual adat.
  • Gamelan Tifa: Terbuat dari kayu dan kulit hewan, gamelan tifa memiliki suara yang kuat dan energik.

Gamelan NTT:

  • Gamelan Flobamora: Memiliki ciri khas tangga nada pentatonik dan penggunaan alat musik gong kecil.
  • Gamelan Sumba: Terbuat dari bambu dan kayu, gamelan sumba memiliki suara yang unik dan sering digunakan dalam ritual adat.

Gamelan Maluku:

  • Gamelan Soa: Terbuat dari kayu dan memiliki suara yang merdu, gamelan soa sering digunakan dalam upacara adat dan festival.
  • Gamelan Totobu: Memiliki ciri khas tangga nada pentatonik dan penggunaan alat musik gong kecil.

Gamelan Sulawesi:

  • Gamelan Mandolin: Terbuat dari bambu dan memiliki suara yang nyaring, gamelan mandolin sering digunakan dalam tarian tradisional.
  • Gamelan Kaimbi: Memiliki ciri khas penggunaan alat musik gong dan kendang.

Gamelan Kalimantan:

  • Gamelan Dayak: Memiliki ciri khas tangga nada pentatonik dan penggunaan alat musik gong kecil.
  • Gamelan Kutai: Berasal dari Kalimantan Timur, gamelan kutai identik dengan penggunaan alat musik gambang dan suling.

Gamelan Sumatera:

  • Gamelan Melayu: Memiliki ciri khas tangga nada pentatonik dan penggunaan alat musik rebab.
  • Gamelan Batak: Terbuat dari kayu dan memiliki suara yang kuat, gamelan batak sering digunakan dalam ritual adat.

Kesimpulan:

Keragaman gamelan di Indonesia mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi yang tersebar di berbagai daerah. Setiap jenis gamelan memiliki ciri khas dan keunikannya sendiri, menjadikannya warisan budaya yang tak ternilai harganya. Melestarikan gamelan berarti menjaga identitas bangsa dan memperkaya khazanah budaya Indonesia.

Mari kita jaga dan lestarikan gamelan sebagai warisan budaya bangsa!