Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day) atau disebut juga Hari Kasih Sayang, pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para
Siapa yang tidak kenal Hari Valentine? Setiap tanggal 14 Februari, dunia diwarnai dengan nuansa cinta dan kasih sayang. Tapi, tahukah kamu asal-usulnya?
Sejarah Valentine Day
Ternyata, sejarah Hari Valentine jauh lebih kompleks dan menarik dari yang kita bayangkan. Perjalanan cintanya pun penuh dengan lika-liku, dari ritual kesuburan kuno hingga tradisi modern yang terus berkembang di berbagai penjuru dunia.
PERAYAAN KESUBURAN BULAN FEBRUARI
Hubungan antara pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulukala. Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Sedangkan di Roma kuno, 15 Februari merupakan hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.
HARI RAYA GEREJA: Kisah Cinta dan Kematian Legenda Santo Valentinus
Sosok Santo Valentinus masih diselimuti misteri. Ada beberapa versi tentangnya, salah satu yang populer adalah dia adalah seorang pendeta Romawi yang dieksekusi pada tanggal 14 Februari 270 M. Legenda mengatakan dia menikahkan para prajurit Romawi secara diam-diam dan mengirim surat cinta kepada putri sipir penjaranya sebelum kematiannya. Kisah ini kemudian dikaitkan dengan tradisi cinta dan kasih sayang, meskipun tidak ada bukti sejarah yang kuat.
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908)[2], nama Valentinus paling tidak merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda. Yaitu:
- seorang pastur di Roma
- seorang uskup Interamna (modern Terni)
- seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Hubungan antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang tidak jelas. Bahkan, Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus.[3] Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, yang diidentifikasi sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah upaya yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Cinta Bersemi di Puisi dan Surat: Romansa Era Abad Pertengahan
Baru pada abad ke-14 di Inggris dan Prancis, Hari Valentine dikaitkan dengan cinta romantis. Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, menulis tentang burung yang mencari pasangan pada tanggal 14 Februari dalam karyanya "Parlement of Foules". Tradisi bertukar surat cinta pada hari ini pun mulai berkembang. Puisi dan surat cinta menjadi cikal bakal tradisi modern Hari Valentine.
Dari Kartu Ucapan Hingga Cokelat dan Bunga: Era Modern dan Tradisi Global**
Hari Valentine mulai populer di Amerika Utara pada abad ke-19. Esther A. Howland dari Massachusetts diyakini sebagai orang pertama yang memproduksi kartu Valentine secara massal di tahun 1847. Sejak saat itu, kartu ucapan, bunga, dan cokelat menjadi simbol utama Hari Valentine. Tradisi ini kemudian menyebar ke seluruh dunia dengan berbagai variasi dan makna.
Menjelajahi Tradisi Unik Hari Valentine di Berbagai Negara:**
- Amerika Serikat: Memberi bunga mawar merah (lambang cinta), cokelat (rasa manis), dan kartu ucapan adalah tradisi umum.
- Jepang: Wanita memberi cokelat kepada pria ("giri-choko") pada 14 Februari, dan sebulan kemudian pria membalas dengan hadiah yang lebih mahal ("White Day").
- Taiwan: Ada "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi) pada tanggal 7 bulan ke-7 kalender lunar, di mana wanita memberi hadiah kepada pria.
- Indonesia: Tradisi bertukar kartu ucapan dan hadiah mulai populer. Banyak acara diadakan seperti lomba puisi, menyanyi, atau permainan berhadiah.
Lebih Dari Sekedar Cinta Romantis:
Hari Valentine bukan hanya tentang cinta romantis antar pasangan. Di beberapa negara, seperti Denmark, Hari Valentine adalah hari untuk merayakan cinta platonik antar teman. Di Finlandia, Hari Valentine adalah hari untuk menghormati orang tua. Di Brasil, Hari Valentine dirayakan pada tanggal 12 Juni, bertepatan dengan Hari Kasih Sayang Nasional.
Kesimpulan:
Hari Valentine memiliki sejarah panjang dan kompleks, dengan berbagai tradisi dan makna di seluruh dunia. Dari ritual kesuburan kuno hingga legenda Santo Valentinus, hari ini dianggap telah menjadi simbol cinta dan kasih sayang bagi banyak orang. Tradisi dan cara merayakannya pun terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman.