Mengenal Bank Digital: Kendala dan Solusinya bagi Pengguna Tunanetra

![Ilustrasi Bank Digital][1] Hai teman-teman! Kali ini kita akan ngobrolin tentang **bank digital** yang makin populer belakangan ini. Buat kamu yang

Ilustrasi Bank Digital

Hai teman-teman! Kali ini kita akan ngobrolin tentang bank digital yang makin populer belakangan ini. Buat kamu yang belum tahu, bank digital itu bank yang semua layanannya serba online, tanpa kantor cabang fisik. Semua urusan perbankan bisa kita lakukan lewat smartphone atau komputer. Pasti udah pada tau lah, iya kan?

Tapi, ternyata ada beberapa kendala yang jadi tantangan bagi pengguna tunanetra seperti saya ini. Yuk, kita bahas lebih dalam! Kendala seperti apasih?

Apa Itu Bank Digital?

Seperti sudah diungkap sebelumnya, Bank digital adalah institusi keuangan yang beroperasi secara online tanpa kehadiran fisik cabang-cabang seperti bank tradisional. Layanan perbankan seperti pembukaan rekening, transfer uang, dan pembayaran tagihan semuanya bisa dilakukan lewat aplikasi mobile atau situs web.

Beberapa ciri khas utama dari bank digital adalah:

  • Layanan Online 24/7: Bisa diakses kapan saja dan di mana saja.
  • Biaya Rendah: Biaya administrasi yang lebih rendah karena tidak ada biaya operasional cabang fisik.
  • Kemudahan Akses: Mudah diakses melalui smartphone atau komputer.
  • Inovasi Teknologi: Menggunakan teknologi terbaru untuk meningkatkan pengalaman pengguna.

Faktor yang Mendasari Munculnya Bank Digital

Lalu, bagaimana bank digital bisa hadir menghiasi panggung perbankan dunia seperti sekarang ini? Sepertinya karena beberapa hal berikut:

  1. Perkembangan Teknologi: Internet, mobile technology, big data, dan keamanan siber yang semakin pesat perkembangannya.
  2. Perubahan Perilaku Konsumen: Preferensi digital, kenyamanan, dan kecepatan akses, sekarang orang-orang udah males ngantree berlama-lama di kantor bank.
  3. Efisiensi Operasional: Biaya operasional rendah dan inovasi produk, Tidak harus sewa gedung banyak buat kantor cabang, enggak harus cetak buku tabungan dan lain sebagainya.
  4. Regulasi dan Dukungan Pemerintah: Regulasi fintech dan inklusi keuangan sangat mendukung.

Sejarah dan Perkembangan Bank Digital

Pada dekade 1980-an - 1990-an, dengan hadirnya layanan seperti ATM dan internet banking menjadi tonggak awal digitalisasi perbankan. Kemudian 2000-an Mulai muncul internet banking dan mobile banking, hingga pada 2010-an: Munculnya bank digital murni seperti N26 dan Chime.

Pada 2020-an, Pertumbuhan pesat selama pandemi COVID-19, dengan munculnya bank digital seperti Jenius, Bank Jago, dan TMRW by UOB di Indonesia. Pada saat itu sedang banyak nya kebijakan yang mengharuskan untuk mengurangi kontak fisik sehingga mempengaruhi metode pembayaran yang sebelumnya pembayaran langsung tunai beralih ke pembayaran digital, sehingga metode payman digital saat itu meroket pada puncak pertumbuhan termasuk bank digital ini tentunya.

Dampak Positif dan Negatif Bank Digital

Berikut ini beberapa dampak positif dan negatif dari bank digital. Yaitu:

Dampak Positif

  1. Kemudahan dan Aksesibilitas: Akses layanan perbankan kapan saja dan dari mana saja.
  2. Efisiensi Biaya: Biaya operasional rendah dan transaksi murah.
  3. Inovasi dan Personalisasi: Produk dan layanan baru serta layanan personalisasi.
  4. Keamanan dan Transparansi: Teknologi keamanan canggih dan transparansi transaksi.

Dampak Negatif

  1. Ketergantungan pada Teknologi: Gangguan teknis dan digital divide.
  2. Keamanan dan Privasi: Ancaman keamanan siber dan privasi data.
  3. Kurangnya Sentuhan Manusia: Pelayanan pelanggan yang terbatas dan pendekatan kaku.
  4. Regulasi dan Kepatuhan: Kepatuhan yang kompleks dan risiko hukum.

Tantangan bagi Pengguna Tunanetra

Berdasarkan pengalaman pribadi, secara umum aku nemuin beberapa kendala ketika menggunakan layanan bank digital ini. Diantaranya:

1. Verifikasi dan Otentikasi Wajah

Verifikasi wajah menjadi tantangan besar bagi tunanetra. Sulit untuk melewati proses ini tanpa penglihatan yang baik, sering kali menyebabkan kegagalan verifikasi dan pemblokiran sementara akun. Apalagi memang beberapa penyandang tunanetra terkadang secara fisik organ matanya berubah karena ketunanetraannya, misal; kelopak mata menutup, bola mata mengecil atau membesar, dan lain sebagainya, yang menyebabkan dideteksi salah oleh scaner otentekasi. Solusinya? Mungkin pihak pengembang aplikasi atau kebijakan bank yang bisa berupa alternatif verifikasi seperti verifikasi suara, sidik jari, atau kode PIN.

2. Aksesibilitas Aplikasi

Banyak aplikasi bank digital belum mendukung screen reader seperti VoiceOver di iOS atau TalkBack di Android secara maksimal. Aplikasi yang tidak mendukung screen reader dengan maksimal membuat sulit bagi tunanetra untuk menavigasi dan menggunakan layanan perbankan. Pengembang perlu:

  • Kompatibilitas dengan Screen Reader: Pastikan semua elemen UI dapat diakses.
  • Desain Universal: Menggunakan standar desain universal.
  • Uji Aksesibilitas: Melibatkan pengguna tunanetra dalam pengujian aplikasi.

3. Pendidikan dan Pelatihan

Menyediakan panduan penggunaan dalam format yang dapat diakses seperti audio atau teks dengan deskripsi lengkap, serta pelatihan atau tutorial khusus bagi pengguna tunanetra.

4. Kolaborasi dengan Komunitas Disabilitas

Melibatkan komunitas disabilitas dalam pengembangan dan pembaruan aplikasi untuk memastikan kebutuhan mereka terpenuhi, serta membuka saluran umpan balik untuk menerima masukan tentang pengalaman pengguna.

5. Kebijakan dan Regulasi

Mematuhi standar aksesibilitas internasional seperti WCAG (Web Content Accessibility Guidelines) dan bekerja sama dengan regulator untuk memastikan kebijakan aksesibilitas diterapkan dan dipatuhi.

Kesimpulan

Bank digital menawarkan banyak kemudahan dan inovasi, tetapi masih ada tantangan besar bagi pengguna tunanetra. Dengan mengatasi masalah verifikasi wajah, meningkatkan aksesibilitas aplikasi, menyediakan pendidikan dan pelatihan, serta bekerja sama dengan komunitas disabilitas, bank digital bisa menjadi lebih inklusif. Ayo, bank digital, mari kita ciptakan layanan yang ramah bagi semua!


Catatan:

Artikel ini murni pendapat dan opini pribadi yang didasarkan pada pengalaman penulis. Sehingga bukan untuk mewakili komunitas tunanetra secara keseluruhan. Semoga artikel ini bisa memberikan wawasan tentang bagaimana bank digital bisa lebih baik dalam melayani pengguna tunanetra. Bagi teman-teman tunanetra yang punya pengalaman serupa atau punya saran lain, yuk, share di kolom komentar!