Sejarah Dasi: Evolusi Panjang dari Prajurit Kroasia Sampai Gaya Avril Lavigne

- Terbit di Sejarah oleh - Permalink

sejarah dasi

Siapa sangka, dasi yang sering kita pakai untuk ke kantor atau acara formal ini punya sejarah panjang dan penuh lika-liku? Yuk, kita telusuri perjalanan dasi dari zaman batu sampai jadi aksesoris fashion kekinian!

Awal Mula Dasi: Dari Batu Sampai Romawi

  • Zaman Batu: Bukti arkeologi menunjukkan bahwa sejak zaman batu, manusia sudah menggunakan aksesoris leher dan dada. Aksesoris ini biasanya terbuat dari tulang, kulit, atau bulu binatang, dan berfungsi untuk menandakan status sosial pemakainya. Contohnya, kalung yang terbuat dari gigi hewan besar menunjukkan keberanian dan kekuatan sang pemburu.
  • Romawi Kuno: Di masa kejayaan Romawi, kain mulai digunakan untuk melindungi leher dan tenggorokan, terutama oleh para pembicara dan orator. Kain ini diikatkan dengan sederhana dan memiliki fungsi praktis. Contohnya, para senator Romawi menggunakan stola, sejenis selendang panjang yang dililitkan di leher dan bahu, untuk memberikan kehangatan dan menunjukkan status sosial mereka.
  • Prajurit Romawi: Para prajurit Romawi juga menggunakan aksesoris leher, namun dengan tujuan berbeda. Aksesoris ini biasanya terbuat dari wol atau kulit dan berfungsi untuk menghangatkan diri saat berperang di cuaca dingin. Contohnya, para legionnaire Romawi menggunakan focale, sejenis syal pendek yang terbuat dari wol, untuk melindungi leher mereka dari angin dan dingin.

Ruff: Kerah Kaku yang Lebay

  • Masa Shakespeare: Beralih ke era Renaissance, muncullah "ruff", yaitu kerah kaku yang terbuat dari kain putih dan melingkari leher seperti piringan besar. Ruff ini melambangkan kemewahan dan status sosial tinggi. Contohnya, Ratu Elizabeth I terkenal dengan ruffnya yang besar dan rumit, yang dihiasi dengan renda dan perhiasan.
  • Kelemahan Ruff: Sayangnya, ruff yang bertumpuk-tumpuk ini ternyata tidak nyaman dipakai. Ruff yang tebal dan kaku bisa menyebabkan iritasi pada kulit, bahkan kesulitan bernapas! Hal ini membuat ruff semakin tidak disukai seiring berjalannya waktu.

Lahirnya Cravat: Dasi dari Kroasia

  • Masa Raja Louis XIV: Di tahun 1660-an, di bawah pemerintahan Raja Louis XIV, lahirlah "cravat". Konon, cravat berasal dari kata "Croate" yang berarti "orang Kroasia". Ceritanya, sekitar 6.000 prajurit Kroasia datang ke Paris dengan mengenakan sapu tangan leher yang unik. Cara mereka mengikat sapu tangan ini berbeda dari yang biasa dilihat di Perancis, dan gaya mereka langsung "menaklukkan" para bangsawan.
  • Asal Usul Unik: Sapu tangan leher yang dipakai prajurit Kroasia ini disebut "cravate". Cravate biasanya terbuat dari sutra, linen, atau katun dan dihiasi dengan berbagai motif dan warna. Cravate diikat dengan simpul sederhana di leher, dan gayanya lebih praktis dan nyaman dibandingkan ruff.
  • Kepraktisan Cravat: Cravat dengan cepat menjadi tren fashion di kalangan bangsawan Perancis. Cravat mudah dipakai dan dilepas, dan bisa disesuaikan dengan berbagai gaya pakaian. Selain itu, cravat juga lebih terjangkau dibandingkan ruff yang mahal dan rumit.

Simbol Kelas dan Gaya

Cravat dan Status Sosial

Sama seperti aksesoris leher di zaman batu, cravat juga menunjukkan kelas dan status sosial pemakainya. Cravat yang terbuat dari bahan mahal dan diikat dengan gaya rumit menandakan kekayaan dan kemewahan. Contohnya, Raja Louis XIV sendiri sering mengenakan cravat yang terbuat dari sutra dengan motif rumit dan dihiasi dengan permata.

Beau Brummell dan Gaya Dasi

Beau Brummell, seorang ikon fashion di masa itu, terkenal dengan gayanya yang rapi dan elegan. Brummell bahkan konon membutuhkan waktu berjam-jam untuk mengikat cravatnya dengan sempurna. Brummell mempopulerkan gaya cravat yang simpel dan rapi, yang kemudian menjadi standar dalam dunia fashion.

Buku Panduan Dasi

Berkembangnya tren cravat mendorong munculnya berbagai buku panduan yang berisi cara-cara mengikat cravat dengan berbagai gaya. Pada masa itu, terdapat puluhan cara resmi mengikat cravat, dan banyak orang yang berkreasi dengan simpul-simpul unik untuk menunjukkan kepribadian mereka. Contohnya, ada simpul Windsor yang formal dan elegan, simpul Half-Windsor yang simpel dan rapi, dan simpul Ascot yang unik dan berkelas.

Aturan dan Takhayul Dasi

  • Adab Dasi: Seiring popularitasnya, muncul pula aturan-aturan tak tertulis dalam memakai cravat. Contohnya, seseorang pantang menyentuh cravat orang lain tanpa izin. Jika melanggar aturan ini, konon bisa berakibat fatal, yaitu duel. Duel merupakan cara menyelesaikan perselisihan di masa itu, dan pertarungan sengit bisa terjadi hanya karena masalah cravat.
  • Takhayul Dasi: Takhayul pun berkembang di seputar cravat. Contohnya, Napoleon Bonaparte konon selalu memakai cravat hitam yang dililitkan dua kali saat berperang, dan dia selalu menang. Namun, ketika dia berperang di Waterloo, dia memakai cravat putih. Benar saja, dia pun kalah dalam pertempuran itu. Kejadian ini semakin memperkuat kepercayaan takhayul tentang kekuatan dasi.

Perkembangan Dasi Modern

  • Dasi Modern: Pada tahun 1860-an, cravat mulai berkembang menjadi dasi seperti yang kita kenal sekarang. Dasi ini memiliki ujung yang lebih panjang dan biasanya terbuat dari sutra atau satin. Dasi modern diikatkan di bawah kerah kemeja, dan ujungnya dibiarkan terjuntai di depan dada.
  • Dasi Kupu-Kupu: Dasi kupu-kupu baru populer di tahun 1890-an. Dasi ini biasanya dipakai untuk acara formal seperti pesta atau pernikahan. Dasi kupu-kupu dianggap lebih elegan dan berkelas dibandingkan dasi biasa.
  • Dasi di Era Modern: Kini, dasi hadir dalam berbagai warna, desain, dan tekstur. Dasi tidak hanya dipakai untuk acara formal, tapi juga untuk penampilan kasual. Contohnya, Avril Lavigne, penyanyi asal Kanada, mempopulerkan gaya memakai dasi secara kasual bagi para remaja wanita di tahun 2002.

Kesimpulan

Dasi telah melalui perjalanan panjang dan evolusi yang menarik. Dari aksesoris leher di zaman batu sampai simbol fashion modern, dasi terus beradaptasi dengan zaman dan mencerminkan gaya dan kepribadian pemakainya. Bagi sebagian orang, dasi mungkin hanya sepotong kain. Tapi bagi yang lain, dasi adalah simbol kelas, status, dan bahkan takhayul. Apapun maknanya, dasi tetap menjadi bagian ikonik dari dunia fashion dan budaya.

Dirangkum dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!